Seorang ibu, Michele van Egten, warga Belgia, hingga kini terus mempersoalkan sikap polisi Thailand yang terkesan menutup-nutupi penyebab kematian putrinya, Elise Dallemange (30), di sebuah pulau wisata Thailand.
Bahkan hingga Kamis (6/7/2017), Michele tidak yakin anak gadisnya tewas karena gantung diri di pulau Koh Tao, destinasi utama bagi para pelancong backpacker, termasuk putrinya.
Semula dilaporkan, Elise, turis backpacker yang cantik itu ditemukan tewas mengenaskan di hutan Koh Tao, salah satu daerah destinasi utama wisata Thailand. Sebagian jasadnya telah dimakan kadal.
Pulau itu juga dijuluki sebagai “pulau kematian” atau “pulau maut” karena sudah enam turis asing sebelumnya juga tewas di pulau yang angker tersebut, demikian laporan media Inggris, Mirror.
Polisi Thailand mengatakan, wanita muda asal Belgia itu ditemukan dalam kondisi sudah meninggal dan “separuh (jasadnya) telah dimakan kadal” setelah dia menggantung dirinya di Koh Tao.
Namun, Michele van Egten, ibu gadis malang itu tidak begitu saja mempercayai laporan polisi Thailand yang menyebut putrinya, Elise Dallemange (30), tewas karena gantung diri.
Sebab, menurut penduduk lokal, maya putrinya telah ditemukan di celah-selah batu di pinggir pantai Tanote Bay.
Elise semula dilaporkan tewas gantung diri hutan di pulau Koh Tao. Peristiwa itu terjadi delapan hari setelah dia mengabarkan kepada ibunya bahwa ia akan segera pulang ke Belgia.
Kematian Elise merupakan kasus terbaru di Koh Tao, destinasi paling populer bagi para pelancong backpacker. Dia merupakan turis asing ketujuh yang tewas dalam tiga tahun terakhir di sana.
Si backpacker muda itu tinggal di sebuah tempat peristirahatan yoga dan tantra, yang berdekatan dengan pulau Koh Phangan, selama dua tahun.
Elise adalah pengikut aliran Sathya Sai Baba, dan tinggal dengan seseorang yang memproklamirkan diri sebagai “guru”, dan meninggalkan Koh Tao pada 17 April untuk kembali ke Belgia.
Michele kini menyatakan bahwa dia tidak mempercayai laporan kejadian menurut versi polisi.
Kematian tersebut tampaknya telah ditekan oleh pihak berwenang Thailand yang ingin menutupi kematian orang asing.
Menurut sumber jurnalistik yang dekat dengan kasus ini mengatakan bahwa mereka berada di bawah tekanan untuk tidak mempublikasikan cerita semacam itu, demikian menurut Mirror.
Michele mengatakan,”Saya tidak percaya apa yang telah dikatakan polisi kepada kami. Kami khawatir ada orang lain yang terlibat.”
“Kami semakin berpikir bahwa informasi polisi bukanlah penjelasan yang tepat.”
Ibu mengatakan kepada majalah Der Farang bahwa dia telah dijanjikan akan mendapat laporan hasil otopsi, namun masih belum disampaikan.
Catatan telepon menunjukkan bahwa Elise menelpon ibunya lewat Skype pada 17 April sebelum berangkat dengan feri pada 19 April.
Namun, tidak diketahui mengapa Elise turun di Koh Tao dan bukannya melanjutkan perjalanan ke daratan Thailand.
Michele mengklaim bahwa Elise menggunakan nama palsu “Elise Dubuis” saat tiba di Triple B Bungalows, seberang dermaga di Koh Tao, ketika ia melintasi pulau itu dengan feri yang akan membawanya ke Chumphon dalam perjalanan menunju Bangkok.
Namun, sebuah api yang tak diketahui asalnya, membakar tiga pondok bambu, termasuk satu yang pernah digunakan Elise.
Gadis itu pun lari sejauh 2,5 km melalui hutan menuju Tanote Bay dan mengambil sebuh kamar di Poseidon Resort di mana ia kemudian memesan tiket pulang ke Bangkok pada 24 April.
Belakangan, penduduk lokal yang tinggal di dekat pulau Tanote menemukan jasad Elise dengan kondisi mengenaskan di antara batu-batu di belakang Tanote Family Bay Resort, pada 27 Mei.
Penduduk mengatakan, mereka melihat kadal memakan tubuh korban. Saat ditemukan, separuh jasad gadis itu telah habis gerogoti kadal.
Otopsi dilakukan di Rumah Sakit Surat Thani dan kemudian oleh Institute of Forensic Medicine Police Hospital, Bangkok, dan Elise dikremasi 14 hari kemudian.
Namun, hasil otopsi tak pernah diberikan kepada ibunya.
“Terlalu banyak hal yang menunjukkan kepada kita bahwa seseorang terlibat. Polisi mengatakan kepada kita bahwa Elise menggantung dirinya di hutan, saya tidak dapat menerima mengapa anak perempuan saya bunuh diri.”
“Dia normal saja dalam percakapan terakhir dan tidak ada tanda-tanda depresi. Mengapa dia memesan tike ke Bangkok dan kemudian pergi ke hutan untuk bunuh diri?”
“Saya hancur karena kejadian ini, saya masih menunggu laporan otopsi terakhir, kami hanya menginginkan lebih banyak informasi tentang Elise”.
“Putri saya telah bepergian meninggalkan ibunya selama dua setengah tahun, di India, Australia, dan Selandia Baru, dan selalu kembali lagi ke Thailand.”
“Dia tinggal di sana selama berbulan-bulan dengan Guru Raaman Andreas dari Jerman dan dua teman wanita.”
Michele mengatakan, dia tidak pernah mendapat foto putrinya yang tergantung di pohon sesuai klaim polisi – tindakan biasa yang seharusnya dilakukan petugas untuk memotret TKP.
Michele kini bekerja dengan seorang penyidik Jerman untuk menghimpun informasi dari penduduk lokal di Koh Tao, yang menemukan mayat Elise untuk memastikan di mana dia digantung.
Namun dipersulit oleh polisi di Koh Tao. “Masih banyak pertanyaan yang belum terpecahkan,” kata Michele yang meminta keterangan dari Raaman Andreas.
Seorang petugas polisi di Koh Tao mengatakan, bahwa tidak ada pertanyaan lagi untuk dijawab terkait dengan kematian Elise Dallemange.
0 Response to "Turis Cantik Tewas di “Pulau Maut” Thailand, Jasadnya Digerogoi Kadal"
Post a Comment