Bintang.com, Jakarta Cita-cita memang harus setinggi langit dan dikejar. Setinggi apa pun, setiap orang berhak mengejar cita-citanya. Tapi sayang, kadang kala, harapan mereka harus pupus di tengah jalan lantaran berbagai hambatan. Ada yang karena keterbatasan fisik. Ada juga yang keterbatasan biaya.
>
Kemiskinan memang kerap menjadi kendala untuk mencapai kesuksesan. Pasalnya, untuk meraih cita-cita, kadang kamu harus menempuh pendidikan yang tak murah. Tapi, ada juga yang bekerja keras hingga mereka melampaui keterbatasan.
Dyah Utami Nugraheni, seorang anak tukang gorengan yang memiliki keterbatasan ekonomi akhirnya diterima di Universitas Gajah Mada (UGM), jurusan kedokteran. Dilansir dari situs resmi UGM, selama menjalani kuliah, Dyah juga dibebaskan dari biaya kuliah sampai selesai menempuh pendidikannya.
Gadis ini memang berasal dari keluarga pas-pasan. Ibunya, Ngatinem, menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga. Dia bekerja keras sejak suaminya meninggal pada 2007 lalu. Bukan cuma menggoreng gorengan, Ngatinem juga bekerja serabutan. Biasanya, dia menitipkan gorengannya ke tetangga untuk dijual di sebuah kantin sekolah.
Pekerjaan tak tetap ini tak mendatangkan banyak uang. Penghasilan setiap bulannya pun tidak pernah lebih dari Rp500 ribu. "Gak tentu kerjanya, kalau ada tetangga yang minta tolong baru kerja. Kalau tidak ada ya di rumah saja sambil buat gorengan untuk dijual ke kantin," jelas Ngatinem. Untungnya, dia dibantu kedua anakyang yang telah berkeluarga untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. Meskipun keduanya bukan anak kandung, tetapi mereka tetap mendukung dan membantu Dyah, anak semata wayangnya.
Ternyata, Dyah dapat berkuliah di salah satu universitas top di Indonesia ini berkat beasiswa bidikmisi. Berkat kerja keras dan kemauan yang kuat, Dyah akhirnya mampu meraih cita-citanya untuk berkuliah di jurusan tersebut.
Dyah, yang pada saat diterima di UGM masih berusia 19 tahun, memang sudah bercita-cita menjadi dokter sejak dia kecil. Ketika mendengar kabar dirinya diterima di kampus terkenal ini, dia tak mampu menahan rasa gembira dan haru. Dia pun langsung memeluk ibunya ketika mendengar berita baik ini.
"Waktu dikabari kakak kalau diterima di FK UGM saya langsung berpelukan dengan ibu senang dan haru campur aduk jadi satu. Gak nyangka bisa diterima di jurusan favorit kebanyakan pelajar dengan persaingannya cukup ketat," katanya, seperti yang dikutip dari situs resmi UGM.
Dyah, yang tinggal di daerah Nyamplung Kidul, Balecatur, Gamping, Sleman, Yogyakarta ini, ingin menjadi dokter karena masih sedikit dokter di kampungnya. Kondisi inilah yang membuatnya bertekad ingin menjadi dokter, agar bisa menolong dan melayani masyarakat.
Dyah yang terlahir dari keluarga yang sangat sederhana, membuatnya terbiasa hidup prihatin. Namun, keadaan yang buruk ini tak membuatnya pasrah begitu saja. Dia lantas bekerja keras dengan tekun belajar sejak duduk di Sekolah Dasar. Ternyata, kerja keras dan ketekunannya ini membuahkan hasil yang sangat luar biasa.
0 Response to "Kisah Dyah, Anak Tukang Gorengan yang Diterima di Kedokteran UGM"
Post a Comment